SULSEL – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin mengungkap sumber daya manusia (SDM) pendidikan di Sulsel sedang merosot.
Menurutnya, SDM pendidikan yang merosot ini sangat memprihatinkan.
Hal itu disampaikan Bahtiar usai jalan santai bersama Pj Bupati Enrekang H Baba dan massa guru pada momen HUT PGRI ke-78 di Alun-alun Abu Bakar Lambogo di Kabupaten Enrekang, Sabtu 13 Januari 2024.
Bahtiar awalnya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada guru di momen bahagia itu.
“Selamat Hari PGRI ke-78 dan Hari Guru Nasional tahun 2023 yang lalu. Saya mengucapkan terima kasih pada guru seluruhnya di Enrekang,” ucap Bahtiar saat berpidato.
Bahtiar lalu mengungkit SDM pendidikan di Sulsel dalam kondisi yang tidak mengenakkan.
Dia mengklaim, data yang ada menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sektor pendidikan sedang menurun grafiknya.
“Tapi hari ini SDM Sulsel sangat memprihatinkan. Data menunjukkan hampir tidak ada, sekolah-sekolah kita IPM-nya sedang turun, Sulsel. Dua minggu yang lalu, kita diskusi di Kantor Gubernur melihat fenomena SDM Sulsel ada kecenderungan menurun,” bebernya.
Dia mengatakan hal ini merupakan bahan evaluasi khusus bagi para tenaga pendidik di Sulsel, khususnya di Enrekang.
Bahtiar mengatakan sudah saatnya model pendidikan yang ada dibenahi.
“Ini yang harus kita bicarakan teman-teman guru se-Enrekang. Tidak boleh lagi mengelola pendidikan dengan cara-cara yang lama. Perguruan tinggi menghasilkan pengangguran. Sekolah-sekolah menghasilkan pengangguran,” ungkapnya.
Bahtiar lalu mengungkit fenomena yang marak terjadi di dunia pendidikan.
Dia menyebut dunia pendidikan umumnya mencetak lulusan yang tidak dapat terserap di dunia kerja lantaran tidak punya soft skill.
“Saya keliling ke banyak kampus. Kampus-kampus menjadi tempat pengangguran tidak kentara. Begitu masuk sekolah baca buku bagus. Begitu lulus, 10 hari langsung nganggur. Betul apa betul?” jelasnya.
“Apakah sekolah-sekolah, perguruan tinggi kita dirikan untuk mencetak pengangguran? Saudaraku semua, ini harus diubah. Harus dihentikan metode pendidikan dengan cara yang lama,” lanjut Bahtiar.
Menurutnya, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang berhasil menciptakan SDM yang sesuai dengan SDA-nya.
Bagi Bahtiar, pendidikan hakiki merupakan lembaga yang pelajaran yang memberikan pemahaman soal integrasi alam, manusia, dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Sekolah hanya sekolah, tapi tidak mampu merubah alam. Pendidikan adalah jembatan antara alam dan manusia. Lembaga pendidikan membangun jembatan antara manusia di muka bumi dengan alam,” imbuhnya.
Dengan demikian, Bahtiar menjelaskan pendidikan pada dasarnya tidak hanya berpatok pada kurikulum belaka.
Melainkan pendidikan yang menyadarkan manusia dengan kondisi alamnya yang luar biasa untuk dimanfaatkan.
“Jika pendidikan apapun tidak mampu membangun jembatan tersebut. Maka pendidikan dan kurikulum yang Anda pakai itu harus ditinjau ulang. Tak mampu memperbaiki keadaan. Angka kemiskinan di Sulsel 8,87 persen. Angka stunting kita masih 27 persen. Apa tidak malu kita sebagai orang Bugis-Makassar, sebagai orang Enrekang?” tuturnya.
Bahtiar menambahkan, jika model pendidikan itu dilakukan dengan baik, maka persoalan sosial dapat diatasi.
Apalagi, Indonesia di masa depan hendak menjemput masa emasnya di tahun 2045 nanti.
“Supaya stunting, pengangguran bisa kita atasi. Jika tidak, sebagai tahapan Indonesia Emas 2045 akan terjadi ledakan penduduk. Akan banyak penduduk tidak punya pekerjaan, pengangguran bertambah dan bisa menjadi masalah sosial yang luar biasa,” pungkasnya. (*)